Kepala Desa Sukamakmur, Wawan Kurniawan, Rayakan Sedekah Bumi dengan Pagelaran Wayang Kulit dan Santunan Anak Yatim

oleh
oleh
Share artikel ini

Bekasi : //detiknews86.com/ – Perayaan Sedekah Bumi di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi, berlangsung meriah dengan digelarnya pagelaran Wayang Kulit di pintu air Caringin.

Acara yang penuh nuansa budaya ini disambut antusias oleh masyarakat setempat dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Kepala Desa Sukamakmur, Wawan Kurniawan, serta jajaran perangkat desa, RT/RW, Bimaspol, dan Babinsa serta Tokoh masyarakat.

Pagelaran wayang kulit ini dibawakan oleh Dalang Lukman Inan S. dari grup Sinar Pusaka Jaya Lukman, yang mengangkat lakon “Sri Mulih” dan “Wahyu Katentreman”. Kisah-kisah epik ini menghadirkan suasana magis dan penuh makna, membawa pesan-pesan luhur budaya bagi masyarakat Kamis (26/9/2024).

Kepala Desa Sukamakmur, Wawan Kurniawan, menyampaikan bahwa acara ini tidak hanya menjadi hiburan bagi warga, tetapi juga berperan sebagai sarana pendidikan dan pelestarian nilai-nilai budaya dan digelar juga acara Maulid Nabi Muhammad SAW, 1446 Hijriah serta Santunan anak yatim-piatu.

“Pagelaran wayang kulit ini merupakan upaya kita untuk melestarikan tradisi sekaligus mempererat kebersamaan warga. Sedekah Bumi adalah bentuk rasa syukur kita atas berkah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Melalui acara ini, kami ingin mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya yang kita miliki,” ujar Wawan Kurniawan.

Lanjutnya Sebagai bagian dari perayaan Sedekah Bumi, tradisi penanaman kepala kerbau di bendungan pintu air Caringin juga dilakukan. Ritual ini dipercaya sebagai simbol rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah serta harapan untuk keberkahan di masa mendatang, ucapnya.

Perayaan ini menjadi momentum penting bagi warga Desa Sukamakmur dalam memperkuat kebersamaan dan menjaga warisan budaya yang telah ada sejak lama. Pagelaran wayang kulit yang penuh pesan moral dan nilai-nilai kebajikan diharapkan dapat terus dilestarikan di masa mendatang, sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal, tutupnya. (NR)