Sampang|| detikNews86.com – Proyek pembangunan lapangan sepak bola di Jl. Imam Bonjol, Kelurahan Dalpenang, Sampang, yang baru saja rampung, kini menuai kritik tajam akibat kondisi fisik yang memprihatinkan.
Pantauan di lokasi pada Minggu (29/12/2024) mengungkapkan sejumlah masalah serius dalam pengerjaan, mulai dari konstruksi saluran hingga kondisi rumput lapangan.
Konstruksi Saluran U-DITCH Bermasalah
Pada bagian saluran U-DITCH, ditemukan pemasangan yang tidak sesuai standar. Beberapa material terlihat pecah, sambungan antar segmen longgar, dan perekat yang seharusnya digunakan tidak diaplikasikan dengan benar. Kondisi ini menimbulkan dugaan kuat bahwa pengerjaan proyek hanya mengejar tanggal waktu kontrak tanpa mempertimbangkan kualitas hasil akhir.
Rumput lapangan yang diklaim sebagai rumput khusus dari Malang juga menjadi sorotan. Sebagian besar terlihat kering dan tidak terawat, padahal lapangan ini belum pernah digunakan secara resmi. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar terkait pemeliharaan dan manajemen proyek.
Ketua DPD BIN Jawa Timur menyoroti fenomena ini sebagai bagian dari masalah yang lebih luas, yakni molornya berbagai proyek strategis di Kabupaten Sampang sepanjang tahun 2024. Dengan nilai anggaran mencapai miliaran rupiah, pelaksanaan proyek yang tidak sesuai standar ini menjadi refleksi negatif terhadap pengelolaan dana publik.
Ketidaksesuaian Daya Listrik dan RAB
Selain masalah konstruksi, ditemukan pula ketidaksesuaian dalam pemasangan daya listrik. Berdasarkan dokumen RAB yang tertera di laman LPSE, daya listrik seharusnya 16.600 VA. Namun, data menunjukkan daya yang terpasang hanya 10.600 VA, sehingga terdapat selisih signifikan sebesar 6.000 VA yang perlu dipertanggungjawabkan.
Menanggapi berbagai kejanggalan ini, Disporabudpar Sampang diingatkan agar tidak terburu-buru menyetujui Provisional Hand Over (PHO). Sebaiknya evaluasi dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan seluruh pekerjaan sesuai standar kualitas yang telah ditetapkan. Proyek ini tidak hanya menyangkut pembangunan fisik, tetapi juga menjadi cerminan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.
Pembangunan yang berkualitas tidak hanya diukur dari penyelesaian tepat waktu, tetapi juga dari ketahanan dan manfaat jangka panjang yang diberikan kepada masyarakat. Jika berbagai kejanggalan ini dibiarkan, hal ini akan menjadi preseden buruk dalam pengelolaan proyek strategis di Kabupaten Sampang.
Robby