DetikNews86, Aceh Tengah | Kasianto 35 tahun warga desa Bah, kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah sehari-hari bekerja mencari air nira untuk diproses menjadi gula aren.
Dia memiliki satu istri dan dua orang anak yang masih kecil-kecil, anak pertamanya, perempuan dan masih berusia 11 tahun.
Rumah yang dihuni keluarga Kasianto masih memprihatinkan.
Papan yang digunakan untuk dinding adalah papan sembarang (sempengan) atau kayu limbah yang telah disortir.
Tidak ada dapur, kamar mandi atau kamar sekalipun di rumah berukuran kurang lebih 3×5 meter ini.
Rumah Kasianto dibuat panggung, di bawahnya dimanfaatkan untuk kandang ayam.
Ditemui RRI di kediamannya, Kasianto mengaku sejak kurang lebih empat tahun lalu terpaksa tinggal di rumah tersebut, karena himpitan ekonomi.
Hingga saat ini tidak ada program apapun dari pemerintah yang didapat untuk memperbaiki rumah menjadi tempat tinggal layak.
“Mohon kepada Bapak-bapak, ataupun Bapak Pemerintah, tolonglah Pak, pinginnya yang bagus sikit, mohon bantuannya dari Bapak-bapak Pemerintah” harapnya.
Ketua Rakyat Genap Mufakat (RGM) desa Bah Subhan menyampaikan Kasianto adalah korban gempa 2013.
Pada gempa dia sudah berstatus berkeluarga, hanya saja dia masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya, sehingga tidak mendapat bantuan rumah.
“Sewaktu dulu dia tinggal di kampung relokasi bantuan rumah tidak ada, jadi dia bikin sendiri, akhirnya tidak layak dihuni pindah ke sini inilah keadaannya,” ungkapnya.
Pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak dikarenakan ada sekitar 30 Kepala Keluarga menempati rumah yang mirip dengan keluarga Kasianto.
Kini, pemerintah desa mengharapkan pemerintah kabupaten Aceh Tengah dan Provinsi maupun instansi yang peduli dapat membantu menjadikan rumah Kasianto layak dihuni. (KPA)