DetikNews86.com-Singkil | Akibat dangkalnya mulut kuala membuat boad nelayan, penumpang dan pengangkut barang kebutuhan warga Pulau Banyak terpaksa harus berputar-putar memilah jalur di sela-sela reruntuhan bangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan bekas dermaga yang runtuh saat bencana Tsunami silam.
“Nunggu air pasang baru bisa masuk kuala, kadang kami terpaksa lempar jangkar sampai dua jam menanti pasang untuk bisa masuk kuala,” ujar Zul.
Para nelayan dan nakhoda boad penumpang tradisional di wilayah itu berharap pemerintah segera melakukan pengerukan mulut Kuala Gabi, sebelum kuala menuju pelabuhan jembatan tinggi yang berada persi di sisi kanan pelabuhan laut Singkil tersebut benar-benar tak dapat dilalui atau menelan korban lebih banyak lagi.
Salah satu tokoh masyarakat nelayan, Nasran AB beberapa waktu yang lalu menyampaikan, persoalan dangkalnya Kuala Gabi ini sangat mendesak bagi para nelayan setempat.
Ia mengatakan, berhubung saat ini Pemkab Aceh Singkil memiliki alat berat seperti ekskavator (beko), jika tak ada biaya untuk melakukan pengerukan, dirinya mengaku bersedia untuk menanggulangi biayanya.
“Saya bersedia untuk menanggulangi biaya minyak dan honor operatornya, asalkan Pemda Aceh Singkil bersedia secara kebijakan menurunkan alat berat mereka untuk melakukan pengerukan di kuala itu,” kata Nasran.
Untuk kapal-kapal ikan besar tidak bisa masuk ke TPI membawa hasil tangkapannya. Mereka harus menyewa kapal kecil/Robin untuk melansir ikan masuk ke TPI. [KPA]