Madrid, Detiknews86.com- Keberhasilan Indonesia dalam upaya menurunkan kematian bayi menjadi contoh global pada Konferensi Global untuk Pneumonia ke-2 yang diselenggarakan di Madrid, Spanyol, tanggal 26-27 April 2023.
Data terakhir dari Sensus Penduduk Longform yang dilakukan oleh BPS menunjukkan Angka Kamatian Bayi (AKB) menurun dari 28 menjadi 16,8 per 1.000 kelahiran hidup antara tahun 2010 dan 2021.
Keberhasilan ini juga diiringi dengan penurunan angka kematian ibu dari 346 (2010) menjadi 189 per 100.000 kelahiran hidup (2021). Demikian keterangan pers yang diterima kantor pusat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Senin (2/5/2023).
Dengan pencapain ini, maka target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 dan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tahun 2030 untuk kematian bayi diperkirakan akan tercapai.
Dalam konferensi tersebut, Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami Ph.D, menyampaikan pidato kuncinya di hadapan peserta konferensi global yang dihadiri oleh pemerintah di Asia dan Afrika serta utusan berbagai perguruan tinggi, mitra Internasional, lembaga penelitian, dan lembaga masyarakat madani dari berbagai negara.
Dalam pidato kuncinya, Amich Alhumami Ph.D, menyampaikan bagaimana Indonesia bisa menurunkan kematian bayi. Empat kebijakan dari Indonesia yang dapat digunakan sebagai pembelajaran global, yaitu 1) komitmen yang kuat untuk penurunan kematian bayi dengan menetapkannya sebagai prioritas nasional dalam RPJMN, 2) dukungan pembiayaan dari sumber dalam negeri termasuk dukungan anggaran untuk pemenuhan sarana dan prasarana Rumah Sakit dan Puskesmas, 3) inisiatif Reformasi Sistem Kesehatan pada masa pandemi, dan 4) dukungan secara komplementer dari program kesehatan lain.
Pungkas Bahjuri Ali Ph.D, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, menyatakan bahwa Indonesia diundang kembali dalam Konferensi Global ini, karena berhasil mengenalkan imunisasi PCV (Pneumococal Conjugate Vaccine) hingga menjadi program nasional dalam waktu dua tahun, yaitu sejak komitmen tersebut disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pada Konferensi Global tentang Pneumonia sebelumnya di Barcelona tahun 2020.
“Kematian bayi di Indonesia terutama di sebabkan oleh diare dan pneumonia” lanjutnya. “Dengan perluasan vaksin PCV, maka pneumonia dapat terus ditekan, sehingga kematian bayi menurun. Hal yang luar biasa adalah penurunan kematian bayi ini dapat dicapai walaupun Indonesia mengalami pandemi Covid-19.
Kematian bayi ini sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, termasuk salah satu penentu indikator Indeks Pembangunan Manusia. Dengan menurunnya kematian bayi, maka kualitas manusia Indonesia akan meningkat”.
Salah satu kunci dari penurunan kematian bayi di Indonesia antara lain adalah adanya keterpaduan intervensi program pada saat pandemi. Intervensi tersebut antara lain adalah manajeman terpadu balita sakit, manajemen malnutrisi, imunisasi, peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi serta berbagai bantuan sosial khususnya berupa makanan tambahan kepada ibu hamil dan anak di bawah usia dua tahun.
“Setiap anak berhak untuk hidup sehat, produktif dan bahagia. Kami berharap, melalui terselenggaranya forum ini, kita dapat saling belajar bagaimana menurunkan angka kematian bayi, dan pada saat yang sama mendorong kita semua untuk berjuang dan meningkatkan upaya penurunan angka kematian bayi dan siap menghadapi segala tantangan yang ada di depan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB),” tutup Amich.
Konferensi Global Ke-2 ini dilakukan oleh Yayasan ”La Caixa”, Yayasan Bill & Melinda Gates dan bekerja sama dengan UNICEF dan beberapa organisasi lain. Sebagai anggota delegasi antara lain Amich Alhumami, Ph.D. (Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Sosial, dan Kebudayaan Bappenas); Pungkas Bahjuri Ali, Ph.D. (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas); dr. Prima Yosephine (Direktur Manajemen Imunisasi, Kemkes); Dewi Amila Solikha, M.Sc (Koordinator Sumber Daya Kesehatan, Bappenas); Dr. Atiek Anartati (Country Director, Clinton Health Access Initiative); Ruzka Radwamina Taruc, MS (Chief Investigator, Revitalising Informal Settlements and their Environments/RISE, Unhas); Prof. Cissy Kartasasmita, (Direktur Pusat Penelitian Kolaborasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Fakultas Kedokteran, Unpad); serta Neily Zakiyah, Ph.D. (Peneliti dan Health Economist, Unpad); Dr. Widyaretna Buenastuti (Director Inke Maris & Associates).