Banyuwangi, detiknews86.com
Warga binaan Lapas !Banyuwangi kini diajari dan dilatih untuk menjadi seorang pendakwah. Hal itu merupakan salah satu program kegiatan dari pembinaan berbasis pondok pesantren yang ada di Lapas Banyuwangi.
Pembinaan berbasis pondok pesantren menjadi salah satu program pembinaan unggulan yang terus dikembangkan oleh Lapas Banyuwangi. Hal itu diungkapkan langsung oleh Kalapas Banywangi Wahyu Indarto pada Selasa (18/7).
Wahyu menyebut, pembinaan pondok pesantren at-taubah telah berjalan efektif kurang lebih dua tahun terakhir, yang salah satu programnya memberikan pelatihan kepada para santri untuk menjadi pendakwah.
“Kami wajibkan seluruh santri untuk saling belajar dan berbagi pengetahuan, sehingga masing-masing dari mereka memiliki ilmu yang bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Wahyu.
Praktik dakwah dilaksanakan dengan rutin selepas sholat zuhur berjamaah di Masjid At-Taqwa Lapas Banyuwangi yang dilakukan secara bergantian oleh para santri setiap harinya.
Wahyu melanjutkan bahwa pembinaan tersebut bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan keagamaan bagi warga binaan, serta dapat menyampaikan dengan baik kepada lingkungan sekitarnya meskipun hanya dalam ruang lingkup keluarga.
“Ilmu yang bermanfaat tentu harus disebarkan, oleh karena itu melalui pelatihan berdakwah ini diharapkan mereka mampu untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat tersebut kepada orang lain yang berada di sekitarnya,” imbuhnya.
Untuk menjadi seorang pendakwah, para santri selain dibimbing oleh petugas Lapas juga dibimbing oleh pihak eksternal, diantaranya dari kantor Kemenag setempat dan beberapa pondok pesantren yang ada di Banyuwangi.
“Para santri juga belajar secara mandiri melalui bahan bacaan yang telah kami sediakan di perpustakaan dan saling bertukar informasi antar santri,” urainya.
Sampai saat ini, santri pondok pesantren at-taubah Lapas Banyuwangi berjumlah sekitar 200 orang. Kegiatan pembinaan yang diikuti oleh para santri sangat beragam, mulai dari belajar membaca Al-Qur’an melalui metode yanbu’a, pelatihan qira’ah, hingga meperdalam ilmu tauhid dan fiqih.
“Kami terus mendorong agar warga binaan dapat mengikuti pembinaan berbasis pondok pesantren tersebut, karena kami menginginkan adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik, sehingga meskipun mereka masuk sebagai napi dapat bebas dengan menjadi santri,” pungkasnya. ( Willy/Humas )