Kisah Pilu Juliani 17 Tahun Tenaga Honor Butuh Perhatian

Share artikel ini

DETIKNEWS86.COM, MADINA

Hasrat untuk jadi pegawai negeri sipil (PNS) merupakan impian banyak orang. Banyak orang mengabdikan diri untuk negeri sebagai tenaga honorer dengan harapan dikemudian hari bisa diangkat menjadi PNS. Usai menyelesaikan sekolah ijazah disodorkan untuk menjadi tenaga honorer sebelum ada pelamaran PNS dan banyak juga yang mencoba ikut pelamaran PNS.

Bicara tenaga kerja honorer di satuan perangkat daerah ( SKPD) bisa dipastikan belum memenuhi upah minimun kota ( UMK) namun banyak juga yang bertahan mengabdikan tenaga honorer dengan harapan ada pengangkatan. Namun kini perekrutan PNS dianggap sudah sirna dikarenakan diganti tenaga kerja pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). PPPK juga masih impian banyak orang termasuk tenaga honorer guru.

Banyak tenaga honorer yang mengabdikan diri sebagai guru dengan waktu yang lama banyak juga yang tempo yang lebih singkat sudah menjadi PNS atau PPPK. Seperti Juliani (50) warga desa Simaninggir kecamatan Siabu kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut yang sudah mengabdikan diri sebagai tenaga honorer di SD Negeri 024 sudah 17 tahun mengajar hingga kini belum ada kesempatan jadi PNS atau PPPK.

Juliani merupakan honor tenaga kerja sukarela ( TKS ) di SDN 024 baru-baru ini dan sebelumnya merupakan honor komite sekolah. Gaji satu juta rupiah sebulan dengan waktu penggajian tidak setiap bulannya dinilai kurang untuk kebutuhan hidup sebab suaminya dalam keadaan sakit stroke. Juliani dan suaminya merupakan pasangan janda dan duda yang sebelumnya memiliki pasangan masing-masing.

Mereka memiliki anak masing dari perkawinan mereka terdahulu dan satu anak dari perkawinan mereka yang sudah berumur 13 tahun ( kelas VI SD).

Gaji satu juta sebulan sangat kurang untuk kebutuhan hidup mereka dikarenakan suaminya masih terus berobat stroke dan kebutuhan lainnya.

Juliani dan keluarga tinggal di perumahan SDN 024 Simaninggir karena tidak mampu mengontrak rumah. Baru-baru ini mereka membuka kantin di sekolah tersebut yang sebelumnya kantin tersebut dikelola seorang guru di sekolah tersebut kemudian guru tersebut pindah tugas karena sudah jadi PPPK.

Sejak tahun 2006 Juliani mengabdikan diri menjadi tenaga honorer pengajar di salah satu SD di kelurahan Siabu namun akhirnya pindah ke SDN 024 Simaninggir. Juliani merupakan lulusan PGSD D2 dan tak sanggup lagi melanjutkan sekolahnya untuk jadi sarjana (S2) dikarenakan kebutuhan hidup. Pindahnya Juliani dari SD Siabu tersebut ketika pada tahun itu ada pengangkatan PNS namun kepala sekolahnya tidak bisa membantu beliau untuk pemberkasan CPNS.

Berulang kali ada pengangkatan/pelamaran PNS dan PPPK berlalu namun Juliani tidak bisa mengikuti momen itu dikarenakan ijazah pendidikannya tidak memenuhi syarat. Untuk pengangkatan PNS dan PPPK untuk guru wajib S1 , hal itu jadi penghalang Juliani tidak bisa ikut melamar.

Hal itu semua diceritakan Juliani kepada Ringgo Siregar ketua karang taruna kecamatan Siabu di kantin SD 024 Simaninggir, Kamis, (31/08/2023).

” Banyak hal pilu yang diungkapkan Juliani kepada saya tentang kehidupannya termasuk nasibnya sebagai guru honorer belasan tahun” beber Ringgo

Diterangkannya kehidupan Juliani sebagai tenaga honorer kepada Ringgo dikarenakan Ringgo merupakan salah satu pengurus Forum komunikasi Tenaga Honor Sekolah Negeri – Satuan Kerja perangkat daerah ( FKTHSN-SKPD) kabupaten Madina.

” Dia menjelaskan hal itu dikarenakan dari dulu kita bersama berjuang untuk nasib tenaga honorer. Banyak yang sudah satu payung bersama kita sudah jadi PPPK dan PNS” lanjutnya

Ringgo melihat nasib Juliani ini sungguh miris dan butuh perhatian dan meminta persatuan guru Republik Indonesia ( PGRI) kabupaten Madina memprioritaskannya. Tangisan Juliani dikatakan Ringgo sangat buat iba dirinya.

” Kita meminta kementerian pendidikan juga mengkaji dan menimbang nasib guru-guru yang sudah lama mengabdikan diri untuk negeri dengan gaji yang cukup kecil.” imbuhnya

Dikatakan Ringgo, Juliani menangis pilu melihatnya nasibnya sudah belasan tahun mengabdi diri, namun yang masih umur belia mengabdi yang ikut diangkat PPPK. Kantin di SD itu juga bisa dikelolanya disebabkan pengurus lama sudah PPPK.

Diluar ada pengangkatan PPPK Ringgo juga berharap ada perhatian pemerintah Madina untuk kelayakan hidupnya yang saat ini hanya bisa hidup mengandalkan dari gajinya sendiri dikarenakan suaminya dalam keadaan sakit stroke.

” Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa kini saatnya mereka diberikan penghargaan dan butuh perhatian. Mereka belasan tahun ikut mencerdaskan anak bangsa patut diberikan imbalan ” pungkasnya

[KPA]