DetikNews86.com-Takengon | Dipercaya sebagai salah seorang Pembicara, Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar, membuka Kisah Dibalik Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Di Aceh Tengah, dalam Seminar Nasional yang di selenggarakan oleh Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) Jakarta, Sabtu (13/08/2022).
Seminar yang digelar secara hybrid, Luring terbatas dan virtual tersebut mengusung tema “Aceh Daerah Modal, Semangati Jiwa Saudagar Generasi Penerus”, turut diikuti secara virtual, oleh pembicara lainya.
Diantaranya, Dr Abdul Latief salah seorang Pengusaha sukses asal Aceh, Irfan Setiaputra, Dirut Garuda Indonesia, Prof Dr Ir Marwan, IPU, Dr Fachry Ali MA, Jenderal TNI Andhika Perkasa, Ikmal RRR, Prof Warul Walidin, Prof Dr Mujiburrahman MAg. (Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh), Dr Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPRRI Periode 2009-2014), dan Dr, Mustafa Abubakar, Mantan Menteri BUMN Kabinet bersatu periode 2009-2014.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar menyampaikan, bahwa dalam Seminar ini akan melakukan diskusi mengenai sejarah nasional dibalik kisah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Aceh Tengah, serta salah satu upaya memperjuangkan Takengon sebagai Kota Pusaka yang pernah mencatat sejarah sebagai pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
“Sepintas kita mendengar dari para sesepuh dan orang tua jaman dahulu bahwa pernah di selamatkan Presiden Darurat di Aceh Tengah, keabsahan dan kebenaran cerita itu tentunya harus melaluli kajian- kajian ilmiah dan penelitian serta melibatkan akademisi, tokoh – tokoh pemerhati sejarah yang mengkaji keberadaan presiden darurat republik Indonesia tersebut”, Terang Bupati Shabela.
“Seminar ini merupakan napaktilas dari sebuah perjalanan sejarah yang harus kita telusuri berdasarkan dalil-dalil yang kuat, serta dapat mengulas kisah disertai bukti-bukti sejarah kepada seluruh masyarakat Indonesia”, Jelas Bupati lebih lanjut.
Ditambahkannya, selaku Pemerintah Daerah terus berharap Partisipasi rakyat Aceh khususnya masyarakat Aceh Tengah dapat dibuktikan secara nyata, dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan melawan tentara Sekutu dan Nica, dengan menunjukkan loyalitasnya yang tinggi terhadap kepemimpinan Soekarno – hatta, disertai kesediaan rakyat mengorbankan harta bendanya untuk kepentingan perjuangan, karenanya oleh presiden Soekarno, Aceh dibanggakan dengan sebutan “Daerah Modal”.
“Besar harapan Kami di daerah, kita semua dapat terus berkomitmen, untuk memberikan perhatian dengan didasari keinginan untuk mewujudkan adanya pengakuan pemerintah atas perjuangan Mr. Syafruddin Prawira Negara di Aceh Tengah, memperkuat dan mempertajam kajian sejarah terkait perjuangan Beliau di Daerah Aceh Tengah tepatnya di Jamur Barat, Bur Ni Bius Kecamatan Silih Nara, serta kiranya nanti dapat menjadi dasar ditetapkanya Kabupaten Aceh Tengah sebagai Kota Pusaka”, Lugas Bupati Shabela.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT Ke 77 Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2022 dan memperingati HUT Ke 72 Perkumpulan Taman Iskandar Muda tanggal 24 Agustus 2022 ini, dimaksudkan juga sebagai sarana menyebarkan pengetahuan sejarah kenapa Aceh disebut sebagai daerah modal sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno.
Oleh Karena, Aceh merupakan Daerah modal perjuangan dalam bentuk daerah kekuasan teritorial, sebagai garis pertahanan RI yang terakhir, dimana Saat Agresi Militer II hanya Aceh lah satu-satunya daerah yang tersisa dan tak tersentuh militer Belanda, selanjutnya Aceh Tengah juga menjadi ibukota Negara RI pada masa Pemerintahan Darurat RI (PDRI).
Dilain pihak Aceh juga merupakan modal dalam bentuk sumbangan dana perjuangan untuk pembelian pesawat dan untuk biaya operasional PDRI serta membiayai duta-duta RI yang ada di luar negeri, dan yang paling utama Aceh merupakan modal dalam Pembangunan Indonesia, Aceh telah menjadi daerah penyumbang ide, energi, sumber daya alam dan manusia dalam pembangunan Indonesia selama 72 tahun, dan harapannya tetap menjadi daerah modal bagi Indonesia dan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Aceh.
“Dengan seminar ini diharapkan akan tumbuh pemahaman yang tepat terhadap Aceh sebagai daerah modal bukan hanya di kalangan masyarakat Aceh, Tetapi juga bagi kalangan warga negara Indonesia pada umumnya,” Terang Surya Darma Ketua Umum PPTIM selaku Moderator, panjang lebar sebelum menutup Seminar tersebut. [KPA]