Habib M Rafiq akan hadir di “Ketambe Bersholawat”, ini profilnya

Share artikel ini

DetikNews86.com~Kutacane | Dengan pagelaran acara yang akan di laksanakan pada tanggal 02 November 2022 yang bertemakan “Ketambe Bersholawat”, acara ini merupakan antusias dari Kepala Desa Ketambe dan seluruh perangkat Desanya. Sabtu (29/10/2022)

Kepala Desa Ketambe, Lahad mengatakan kepada masyarakat Aceh Tenggara pada umumnya, “kami melalui media ini terbuka mengundang seluruh lapisan masyarakat Agara agar dapat hadir untuk bersholawat bersama di Ketambe”.

Adapun profil Habib M Rafiq, selain sering mengisi taklim di berbagai daerah pinggiran Jakarta, Habib M Rafiq juga dikenal sebagai pemimpin Majelis Taklim Al Yusrain yang jamaahnya rata-rata banyak diikuti oleh anak-anak muda. Tahun ini, majlisnya menggelar 100 hari berturut-turut memperingati Maulid Rasulullah SAW dengan berkeliling dari kampung ke kampung.

Usianya masih muda, tapi reputasinya sebagai dai keliling sudah diakui oleh jamaah anak-anak muda di Jakarta. Ilmu agamanya pun cukup mendalam. Wajar, karena ia adalah salah satu alumnus Ponpes Ar-Riyadh (Palembang). Wajah ulama muda yang shaleh ini, selain ganteng, juga bersih. Tutur katanya halus, dengan gaya yang enak didengar.

Dialah Habib M Rafiq bin Lukman Al-Kaff salah seorang ulama yang terkenal di Jakarta. Habib M Rafiq juga dikenal sebagai penulis buku manakib yang produktif, tercatat sudah 5 buku manakib ia terbitkan. Lahir di Palembang, 23 September 1974, sejak kecil ia selalu berada di lingkungan yang taat beragama. “Sejak kecil saya sering diajak ke berbagai majelis taklim di Palembang oleh sang ayahanda, Habib Lukman Al-Kaff Gathmyr. Dari situ saya mendapat banyak manfaat, antara lain berkah dari beberapa kiai dan habib yang masyhur,” kenang Habib M Rafiq.

Wajar, sebab ayahandanya memang dikenal oleh kalangan Habaib dan Ulama di Palembang. Wajar, karena sang kakek Habib M Rafiq, yakni Habib Abdullah Al-Kaff Gatmyr adalah seorang pejuang kemerdekaan RI yang mempunyai kedekatan khusus dengan Presiden RI 1 yakni Soekarno. Habib Abdullah Al-Kaff pernah menjadi anggota DPR-GR dan DPRS/MPRS dari fraksi Nahdlatul Ulama. Sang kakek, wafat pada tahun 1974 dan dimakamkan di Bandung.


Pengalaman masa kecil itu juga yang mendorongnya selalu memperdalam ilmu agama. “Ketika masih kecil, saya pernah dititipkan ke Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah, Palembang. Di Palembang, sehari-hari saya tekun belajar agama. Pengalaman yang sungguh mengesankan,” ujarnya dengan senyum khasnya.

Banyak pengalaman berkesan ditimba oleh Habib M Rafiq terhadap gurunya itu, menurutnya Habib Umar adalah seorang ahlu kasyaf (kasful jalli). Ia sempat khalwat di tangan Habib Umar selama beberapa tahun ala adab tariqah alawiyah dan adabnya yang benar. ”Diantara orang-orang mukasyifin, hanya beberapa orang saja yang mencapai maqam seperti itu. Dan Habib Umar adalah salah satunya. Setiap gerakan hati saya selalu terpantau, beliau tahu apa yang tersimpan. Itu yang sangat luar biasa.”

Pesan dari Habib Umar kepadanya yang masih terkesan sampai sekarang yakni ‘menjadi lelaki yang sejati’. ”Saya pertama menyangka itu adalah kata mutiara. Cuma setelah diteliti, itu istilah jadilah ahli suluk sejati.”

Dakwah keliling sudah dimulai dari umur 7 tahun, ia bersama Habib Umar bin Abdul Aziz dan Habib Novel bin Abdullah Al-Kaff ke daerah Telang, Musi Banyuasin(Muba), Sungsang dan daerah-daerah terpentil di sekitar Palembang. Pada 1990-an mulai aktif mengajar di sekolah malam , Baitul Ulum dan saat itu juga pernah menjadi penyiar Radio. Selama menempuh pendidikan di pesantren Ar-Riyadh, ia sebenarnya tertarik ke dunia Kaligrafi, kebetulan ia memang senang melukis sketsa tinta Cina dan pensil. Kebetulan ia belajar Kaligrafi dengan seorang guru lulusan dari Darul Ulum, Mekkah yakni Ustadz Abdul Karim (dari Lampung), bahkan sempat menjadi kaligrafer profesional. Selama menempuh pendidikan di Madrasah, ia sudah banyak prestasi mulai juara Kaligrafi se-Provinsi Sumatera Selatan, ceramah tingkat kecamatan.

Lebih lanjut Habib M Rafiq menjelaskan, kalau Islam yang diinginkan tentu adalah Islam yang membawa Rahmat bagi alam semesta. “Islam tidak mengajarkan terorisme, karena Rasulullah SAW sendiri sangat penyayang. Apa yang dinginkan dalam Islam adalah kedamaian dan ketentraman. Cuma persoalaannya di kalangan umat Islam sendiri ada sebagain kecil karena tidak ada pengetahuan dan pengenalan, terjadi kontradiksi di kalangan kaum muslimin sendiri.

Untuk itulah, lanjutnya, kita harus kembali ke sunnah Rasulullah SAW, dengan mendekat pada apa yang disampaikan oleh para ulama. “Kaum muslimin untuk saat ini mesti hati-hati mengamati dengan seksama pertumbuhan aliran-aliran atau pemikiran yang timbul di kalangan kaum muslimin. Ini mengkhawatirkan. Belum lagi di daerah-daerah banyak tumbuh aliran sesat.”

Acara yang akan di gelar di Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh [KPA]