Bekasi, //detiknews86.com/ – Proyek pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) SMPN 1 Pebayuran yang bertempat di Desa Kertasari Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi Jawa Barat, sangat memprihatinkan diduga para pekerja abaikan K3 dan APD.
Diketahui papan nama proyek dilokasi kegiatan Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang Pemerintahan Kabupaten Bekasi.
Dengan Nomor Kontrak : PG.02.02/134/SP/BN-DCKRT/2023. Tanggal Kontrak : 09 Juni 2023. Selesai : 06 Oktober 2023. Sub kegiatan : Rehabilitasi sedang/berat Ruang Kelas Sekolah. Nama Pekerjaan : Rehab Total SMPN 1 Pebayuran. Lokasi di Kecamatan Pebayuran.
Sumber Dana : APBD Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2023. Harga Kontrak : 1.430.744.000 (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Juta Tuju Ratus Empat Puluh EmpatĀ Ribu Rupiah).
Waktu pelaksanaan : 120 Hari Kalender.
Pelaksana : CV BUMI INTI JAYA.
Kini menjadi perhatian Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Swadaya Masyarakat (DPD LSM) Prabhu Indonesia Jaya (PIJ) Kabupaten Bekasi N.Rudiansah mengatakan, terlihat dengan jelas kegiatan pembangunan proyek rehab total SMPN 1 Pebayuran, yang sudah berjalan selama dua Minggu. Hingga turun langsung ke lokasi Pekerjaan bahwa para pekerja tidak ada yang mengutamakan Alat Pelindung Diri (APD) dan tidak mengunakan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).
Sangat disayangkan dan begitu memperihatinkan diduga Kontraktor sangat lalai para pekerja begitu mengabaikan K3. Konsultan dan Pengawas yang mendapatkan mandat untuk mengawasi proyek dan para pekerja, semestinya menegur jika tidak sesuai dengan juklak juknisnya.
“Apakah Pengawas dan Konsultan tidak bisa melihat, kemungkin tidak mengerti atau tidak paham dengan APD dan K3, sungguh malang nasib para pekerja SMPN 1 Pebayuran,”tutur N.Rudiansah pada Selasa (11/07/2023).
Masih dijelaskan N.Rudiansah, sebenernya mengenai K3 dan APD itu terkesan sepele, namun itu harus diterapkan dan dipakai saat pelaksanaan pekerjaan tersebut, yang mana itu sudah terlampir di Rencana Anggaran Biaya (RAB) di sediakan oleh Kontraktor pada saat pekerjaan sedang berjalan dan dipakai oleh para pekerja alat K3 dan APD.
“Seperti helm, sarung tangan, sepatu boot dan rompi proyek, dikarenakan itu semua kebutuhan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) tercatat dengan jelas jumlah nilai rupiahnya. Pada saat pelaksanaan kegiatan pekerjaan harus menyediakan semuanya,”jelasnya
Selain itu, salah seorang pekerja saat dikonfirmasi awak media yang enggan di sebutkan namanya ia mengatakan ,”Aada si, cuma engga dipakai, dan terkait bedeng untuk tempat tidur, engga ada bedeng, tempat tidur di sekolah yang ada di suruh bos,”ucap pekerja di lokasi.
Sambung N.Rudiansah, terlihat sangat jelas para pekerja tidak ada yang mengutamakan K3 dan APD, bahkan pekerja hanya memakai sendal jepit, ada juga yang tidak mengunakan alas kaki bahkan ada yang tidak mengunakan baju.
Yang lebih patal nya, salah satu tulang kedalaman galian lebar yang di peruntukan ceker ayam, tidak tau jarak ring ke ring tiang yang sudah terpasang tidak tau juga, kami menduga pembangunan proyek SMPN 1 Pebayuran tidak menggunakan tenaga ahli.
“Pengerjaan Proyek RKB SMPN 1 Pebayuran dinilai asal jadi, dan kami pertanyakan kinerja Pengawas dan konsultan,”tegasnya.
Pada saat kami turun ke lokasi kegiatan, terlihat SMPN 1 Pebayuran diduga dikerjakan asal-asalan dan diduga tidak sesuai RAB, pemasangan tiang yang di pasang antara gelang ke gelang begitu jauh, bukankah hal itu akan mengurangi kualitas maupun mutu.
“Diduga Pengawas dan Konsultan tidak menjalankan tupoksinya secara profesional, diduga adanya pem biaraan dalam pekerjaan. Seharusnya pada saat pelaksanaan kegiatan mesti di dampingi oleh Konsultan dan Pengawas, karena mereka sudah di bayar oleh Negara,”imbuhnya.
(Red)