Pusat Kajian Kebudayaan Gayo Identifikasi 47 Alat Musik Tradisional di Gayo

Share artikel ini

DetikNews86, Aceh Tengah | Pusat Kajian Kebudayaan Gayo berhasil mengidentifikasi 47 alat musik yang ada di Dataran Tinggi Gayo. “Dari 2 kali Bincang Alat Musik Tradisional Gayo, alhamdulillah sudah teridentifikasi 47 alat musik. Ini luar biasa. Alat musik Gayo kaya sekali. Padahal, baru Gayo Lut dan Gayo Belang atau Gayo Lues. Ke 47 alat musik tersebut diketahui dari empat narasumber, selain dari peserta, dan dari literatur-literatur yang saya koleksi di Perpustakaan Gayo sejak tahun 2002,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayan Gayo, Selasa (12/7/2022).

Pusat Kajian Kebudayaan Gayo menggelar Bincang Alat Musik Tradisional Gayo Seri #1 pada tanggal 4 Juli 2022 dengan pemateri Zulfikar Ahmad, penelusur dokumen Gayo yang ada di Belanda dan pelaku seni Gayo Achrial Hasibuan. Juga, dimeriahkan dengan pertunjukan alat musik Gayo yang sudah punah, Rebeb. Pertunjukan Rebeb dibawakan langsung oleh Muazin Mudereje, seniman muda Gayo yang berhasil merekonstruksi Rebeb, alat musik gesek Gayo. Bincang Alat Musik Tradisional Gayo Seri #2 dinarasumberi Ketua Ikatan Seniman Gayo Lues Darwin Tengahna dan musisi muda Gayo Lues Irwansyah (Iwan Laskar Gayo).

Dilanjutkan Yusradi, Bincang Alat Musik Tradisional Gayo Seri #3 dan seterusnya, akan fokus ke Gayo Deret (Gayo Linge), Gayo Lokop (Gayo Serbejadi), dan Gayo Kalul. “Tidak menutup kemungkinan, masih ada alat musik yang belum teridentifikasi. Tidak ada di Gayo Lut dan Gayo Lues, tapi ada Gayo Deret, Gayo Lokop, dan Gayo Kalul. Karenanya, Bincang Alat Musik Tradisional Gayo ini dibuat menyeluruh, seluruh daerah Gayo. Demikian kegiatan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo lainnya, tidak sebatas membahas Aceh Tengah dan Bener Meriah, tapi daerah Gayo lainnya, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang. Alhasil, meng-cover seluruh Gayo,” sebutnya.

Setelah teridentifikasi semuanya, sambung Konsultan Kajian Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Pengelolaan dan Pelestarian Warisan Budaya Dataran Tinggi Gayo-Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI tahun 2019 tersebut, dibahas baru per alat musik. “Bagaimana sejarahnya dan cara memainkannya. Barangkali, ada persamaan dengan daerah Gayo lainnya dan daerah serta suku lainnya di Indonesia, perbedaannya di mana. Lantas, apa yang menjadi ciri khas Gayo,” katanya.

Anggota peneliti nasionalisme bahasa Aceh dan bahasa Gayo Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2KK LIPI) tahun 2015 itu, mengungkapkan, kelahiran alat musik di Gayo tidak terlepas dari kondisi alam, lingkungan, dan geografis Tanoh Gayo. Tambah, kondisi sosio-psikologis musisi Gayo dan sosio-kultural masyarakat Gayo, selain adanya pengaruh dari luar. “Pengaruh dari luar tetap ada. Namun, tetap ada ciri khas Gayo-nya,” tegas Yusradi. (KPA)