Sekjen CIC Angkat Bicara,Terkait Acara merdang-merdem kerja tahun Kota Medan Dinilai cacat budaya Karo

Share artikel ini

DETIKNEWS86.COM, MEDAN

Pelaksanaan acara merdang-merdem kerja tahun Kota Medan yg di laksanakan setiap tahunnya di kota Medan telah melukai masyarakat Karo dan kebudayaan Karo itu sendiri,hal ini di tegaskan sekjen DPP CIC Jupiter Sembiring kepada awak media Rabu (15/8/2023) di Medan.

Acara budaya masyarakat Karo tersebut identik dengan pendiri atau simantek Kuta (dalam bahasa Karo-red) yang mana pendiri ota Medan adalah Guru Patimpus Pelawi,dalam hal ini inisiator dan pelaksana tidak memperhatikan hal tersebut dan tidak menggali lebih dalam tentang kebesaran Tokoh Pendiri Kota Medan, baik dari segi silsilah maupun dari segi budaya itu sendiri.

Acara yg di biayai oleh anggaran dari Pemkot Medan dan sumbangan dari masyarakat Karo ini, terkesan pelaksanaannya tidak mencerminkan budaya Karo dan ketokohan Guru Patimpus Pelawi sebagai pendiri Kota Medan.

Menurut Sekretaris Jenderal CIC DJ Sembiring menyerukan kepada pemerintah kota Medan agar meneliti kembali inisiator dan pelaksana acara tersebut agar di tahun yang akan datang lebih menyentuh sasaran untuk melestarikan budaya Karo pada umumnya dan mengugat Guru Patimpun Pelawi pada khususnya, silsilah Pelawi di Kota Medan harus digali lebih dalam agar masyarakat bisa lebih mengenal pendiri kota Medan, “ujarnya.

CIC juga akan terus memantau dan menginvestigasi pelaksanaan acara tersebut agar lebih menyentuh nilai nilai budaya Karo seutuhnya.

Sekjen CIC DJ Sembiring menegaskan, “Upacara Karo merupakan satu upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Tengger, termasuk di Wonokitri. Upacara ini merupakan salah satu Upacara hari raya bagi mereka. Pelaksanaan upacara Karo dimulai dua bulan setelah upacara adat Yadnya Kasada dengan pembukaan tari sodoran atau sering disebut Tari Karo,” pungkas Sekjen CIC DJ Sembiring.

DJ Sembiring menambahkan,”Upacara lain yang dapat dilihat di Karo adalah erdemu bayu yaitu pesta perkawinan, suatu pesta upacara yang melibatkan banyak orang, baik dari pihak pengantin pria, pihak pengantin wanita, kalimbubu, anak beru dan sembuyak.”

“Fungsi Tari karo itu sebagai penghormatan kepada leluhur sekaligus kepada para tamu yang hadir dalam upacara itu. Upacara dipimpin oleh dukun pandita wilayah setempat, untuk Wonokitri diimpin oleh Bapak Supayadi selaku ketua dukun di Kecamatan Tosari. Pelaksanaan upacara Karo dipusatkan di Kecamatan Tosari,” ungkapnya.

Di Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Karo, masyarakat asli Suku Karo mempunyai satu tradisi bernama Merdang Merdem atau disebut dengan Kerja Tahun. Tradisi ini merupakan perayaan tahunan khas Suku Karo yang biasa dilaksanakan setelah musim tanam padi selesai.

Dalam pelaksanaan Merdang Merdem, biasanya dilaksanakan selama enam hari dengan tata cara yang berbeda-beda dan tentunya memiliki makna yang berbeda pula. Penasaran dengan pelaksanaan Merdang Merdem khas Suku Karo ini?.

[ADY]